Selasa, 17 April 2012

Sejarah Komunikasi Politik

Sejarah Komunikasi Politik

Komunikasi politik (Kompol) sebagai suatu studi mandiri barulah ada pada awal dasawarsa 1950-an. Istilah komunikasi politik itu sendiri baru pertama-tama dikemukakan secara tegas dan bulat oleh Euleau, Eldersveld, dan Janowitz pada tahun 1956. Euleau dan kawan-kawan mendudukkan komunikasi politik sebagai satu dari tiga proses yang berpengaruh dalam kegiatan politik. Dua proses lainnya adalah kepemimpinan politik dan struktur kelompok.
Aristoteles dalam buku Rhetoric membahas secara sistematis mengenai seni berpidato yang menjadi cikal bakal persuasi politik. Niccolo Machiaveli dalam bukunya Il Principle atau sang penguasa. Hocmuth dan Brigance dengan karya mereka The history and criticism of America public address dan para editor dari The quarterly journal of speech yang terbit pertama kali pada tahun 1915.

Perkembangan sejarah ilmu komunikasi politik
Pada dasarnya Komunikasi politik merupakan gabungan dari dua ilmu yang sama sama berasal dari Tradisi ilmu sosial yaitu Ilmu komunikasi dan politik yang mana dalam perkembangnnya tak dapat dinafikkan bahwa di dalam ranah politik proses komunikasi menempati posisi yang penting.
Dengan pendekatan komunikasi dapat membantu memberikan pandangan yang mendalam dan lebih halus mengenai perilaku politik (Pye 1963)
Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan Komunikasi politik tak lepas dari peranan dari beberapa tokoh di antarnya adalah :
Harold D. Lassweel (1902-1980) semasa hayatnya Lasswell banyak menulis buku yang mencakup bidang politik dan komunikasi di antara karyanya paling terkenal ialah The structure and Functions of communication society di mana di situ ia mengajukan sebuah rumus yang sangat banyak dipakai oleh mereka yang berkecimpung dalam dunia ilmu Komunikasi yaitu ; Who says what, to whom, with what channel and with what effect.Pengaruh rumus ini dalam para pengkaji ilmu politik hingga kini masih dapat terlihat yang kemudian dikenal sebagai Lasswellian framework dan juga salah satu karya dari Lasswell yaitu : politics : who gets what, when, how dipengaruhi oleh rumus ini juga.
Tokoh lain yang tak kalah pentingnya adalah Ithiel seSola Pool, V.O. Key dan Gabriel A. Almond yang juga merupakan Murid dari Lasswell.
Pool (1917-1984) adalah seorang Profesor dan pernah mengepalai Department ilmu politik dan direktur program Riset mengenai Komunikasi Internasional di Massachussetts Institute of tehnology (MIT) ia juga pernah menjabat direktur proyek penelitian komunikasi pada Hoover Institute, Stanford University karya –karyanya yang dianngap penting dalam kajian komunikasi politik adalah : The People look at educational television; candidates, issues and strategies : a computer simulation 1960 election campaign dan Trends in Content analysis.
Key adalah tokoh yang mempertemukan pembahasan komunikasi dan disiplin ilmu politik melalui bukunya Public opinion and democracy (New York : Alfred A. Knopf , 1961) di situ ia membentangkan bagaimana berautnya prinsip prinsip komunikasi dengan suatu system politik demokratis.
Almond adalah Professor Ilmu Politik di Stanford University ia merupakan penyumbang yang bermakna dalam rangka pemahaman komunikasi Politik dalam suatu system politik melalui tulisannya bersama dengan Tokoh lain seperti Coleman (1960) Verba (1966) , Powell (1963 dan 1978) ia telah meletakkan dasar dasar konseptual untuk menganalisis dan memahami fungsi komunikasi dalam tatanan suatu system politik.
Kemudian Pye merupakan tokoh yang patut dicatat sebagai pelopor dalam menjembatani pemahaman komunikasi dalam konteks pembangunan politik. Karyanya yang terkenal adalah : Communication and Political Development, (Princeton University Press , 1963) dan Communication and Political Power in Indonesia (sebagai Editior bersama dengan Karl D. Jackson; Berkeley. CA : University of California Press , 1978) yang merupakan batu tapal yang penting dalam perjanalan pengkajian komunikasi politik.
Selain itu beberapa tokoh di tas di bawah ini terdapat beberapa tokoh sejak zaman Yunani yang tak dapat dikesampingkan sumbangsih dalam perkembangan Komunikasi Politik melalui karya karyanya yaitu :
Gorgias oleh Plato yang membahas masalah moralitas dalam propaganda;Rhetoric oleh Aristoteles, dan System of logic oleh John Stuart Mill(1946) yang menganalisis struktur suatu argumentasi yang persusasif; llau karya Lenin yakni what is to be done yang cukup banayk membahas peranan surat kabatr rusia dalam politik revolusioner di masa Bolshevik, , kemudian karya Milton , Areopagitica dan on liberty olehMill (1885) yang membahas efek sistemasi dibolehkannya kebebasan ekspresi dalam komunikasi. Selanjutnya Dicey (1905) yaitu The development of law opinion in England in the nineteenth century yang mengkaji efek dari konteks ideology terhdap tindakan politik. Tremasuk pula german ideology oleh Marx (1832) ; reflection on Violence olehSorel serta The Mind and Society Oleh Pareto yang membedakan fungsi sosial dengan nilai hakikat kepercayaan.
Perkembangan Komunikasi Politik Kontemporer
Minat terhadap pertautan antara komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Kajian sistematik mengenai hal ini telah dimulai sejak karya karya kaum sophist dan pandangan pandangan yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam karyanya Politics and Rhtoric dan melangkah ke depan lagi warisan komunikasi politik haruslah mencatat karya karya klasik dalam hal bidang seni persuasi yang ditulis oleh Sun Tzu, St. Thomas Aquinas, Shakespeare, Machivelli dan lain lain.
Dari filsafat lahirlah aliran aliran pemikiran yang bersifat eksistensial, fenomenistik, yang menghasilkan penekanan penekanan pada teori kritikal dalam komunikasi politik. Secara keseluruhan, diikat oleh sumber sumber subtansif yang beraneka, terdapat unsur unsur yang memberikan suatau karakter disiplin yang distink bagi kajian komunikasi politik.
 Perkembangan Komunikasi Politik Kontemporer
 Menurut Nimmo dan sanders (1981) tumbuhnya komunikasim politik sebagai suatu bidang yang bersifat lintas disiplin dapat ditelusuri sejak tahun 1950-an. Sebagaimana yang dikemukakannya bahwa pada tahun 1956 adalah merupakan usaha yang pertam untuk menampilkan “ Komunikasi Politik” sebagai salah satu dari tiga proses Intervening (yang dua lagi adalah : kepemimpinan Politik dan struktur kelompok) yang mana pengaruh politik dimobilisasikan dan ditransmisikan antara lembaga pemerintahan formal di satu pihak, dengan perilaku voting warga di lain pihak.
Namun Nimmo menyayangkan bahwa penelitian penelitian komunikasi politik sangatlah ketinggalan dibanding dengan penelitian di bidang bidang ilmu sosial yang lain. Pernyataan yang diungkapkan oleh Nimmo dapat dipandang sebagai suatu yang bersifat instruktif dan profetik. Pertama karena hal itu telah mengangkat komunikasi politik sebagai suatu lapangan ilmu sosial yang subtansif. Kedua bahwasanya ilmu komunikasi politik merupakan suatu ilmu yang terbelakang. Dan yang ketigapernyataan tersebut telah merumuskan framing dari lapangan komunikasi politik , yakni sebagai suatu proses intervening antara institusi pemerintahan yang formal dengan perilaku voting warga Negara.
Dan saat ini tentunya komunikasi politik bukan lagi merupakan suatu ilmu yang ketinggalan dia telah mengejewantah menjadi suatu bidang studi yang lebih subtansif dan merupakan suatu bidang disiplin ilmu yang terus tumbuh dan bidang cakupannya semakin meluas. Kritik yang ditujukan bagi penelitian di bidang komunikasi politik di masa lampau yang menyatakan bahwa penelitian di bidang ini cukup banayk ketinggalan dibanding dengan penelitian di bidang ilmu sosial lainnya, mulai terbantahkan.
*Materi di atas diperoleh dari materi kuliah Komunikasi Politik (Kompol) yang disampaikan oleh Dr. Rachma Ida di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga dan saya lengkapi dengan tulisan Yusran Darmawan (pangerankatak.blogspot.com) mengenai komunikasi politik.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda